<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d22289994\x26blogName\x3dwhat-so-ever\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nopzz.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nopzz.blogspot.com/\x26vt\x3d-3607171794607195280', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Antara segala keruwetan ini, kamu, dan SMS dari dia *re-title*
Saturday, January 24, 2009

I am a C.U.T.E...!!! Yes I am. Lagi-lagi saya sukses membuat masalah. Kali ini bukan masalah kecil. Cukup rumit. Dan harus melibatkan kedua orang tua saya.

Berbulan-bulan saya berdiam diri. Berusaha menyesaikan semuanya sendiri. Tapi bukannya membaik, keadaan semakin memburuk. Saya pun menyerah. Dan saya tidak punya pilihan lain. Akhirnya saya menceritakan semua kepada kedua orang tua saya. Pengakuan dosa. Saya bisa melihat keterkejutan mereka.

Bapak tahu ini sulit. Tapi seperti yang selalu Bapak bilang ke kamu, semua itu kamu yang menentukan. Kamu mau berhasil, kamu mau bahagia, kamu mau sukses, kamu mau terpuruk, bukan orang lain yang menentukan. Tapi kamu sendiri. Sekarang kita selesain semuanya pelan-pelan. Sama-sama. Dan Bapak nggak mau kamu terlalu larut. Kamu harus bisa bangkit. Kamu ikhlasin semua. Jangan sampai hal ini bikin kamu terpuruk. Anggap saja ini pelajaran buat kamu

Jeda sebentar...

Dan sebagai orang tua kamu, Bapak mohon dengan hormat, jangan kamu ulangi lagi. Kalau kamu masih anggap Bapak sebagai orang tua kamu.

Saya hanya bisa terdiam. Hanya bisa mengangguk lemah. Kalimat terakhir Bapak bagaikan tamparan bertubi-tubi bagi saya. Betapa saya memang benar-benar keterlaluan. Tapi yang paling menyakitkan bagi saya, saat melihat raut kecewa mereka. Karena dalam kekecewaannya kepada saya, mereka tetap menyayangi saya. Memberikan dukungan mereka. Memberikan perlindungan dan kasih sayang mereka. Maaf ya Pak, Bu. Saya tahu saya keterlaluan. Maaf.

Yah, saya harus memulai semuanya. Merubah beberapa hal. Dan membenahi banyak hal. Termasuk diri saya.

Sampai hari ini pun perasaan saya masih berantakan. Tapi saya tetap berusaha untuk bisa menghadapi semuanya dengan tenang. Hingga saya menerima SMS itu. Saya membacanya. Saya tidak tahu apa yang saya rasakan. Disaat kondisi saya seperti ini, disaat saya sangat membutuhkan dukungan, saya menerima SMS yang... Ah sudahlah. Saya tidak mau terlalu dipusingkan dengan hal lain. Egois memang. Tapi saya telah berjanji pada diri saya bahwa saya harus fokus pada permasalahan saya. Dan juga berusaha menepati janji saya kepada Bapak. Cukup sudah saya membebani dan mengecewakan kedua orang tua saya. Toh pada hari dimana dia mengungkapkan perasaannya beberapa waktu lalu, saya sudah tahu pasti bahwa pada akhirnya akan begini. Bahwa dia akan berkata seperti itu. Saya sudah bisa menebaknya. Dan saya pun membalas SMS itu dengan dua kalimat singkat.

Saya terdiam beberapa saat...

Dan tiba-tiba saya teringat akan kamu. Kamu yang terlewatkan. Saya teringat saat kita bertemu beberapa hari yang lalu, sebelum saya membuat Pengakuan Dosa pada orang tua saya. Seperti sebelum-sebelumnya, kamu selalu datang disaat yang tepat. Dalam rapuh saya, dalam hancur saya, saat saya merasa dunia tidak berpihak pada saya, kamu datang. Membuat saya tersenyum, membuat saya merasa dicintai, membuat saya merasa istimewa. Kamu membawa keyakinan bahwa masih ada hari esok. Bahwa semua akan baik-baik saja. Betapa kamu selalu bisa membuat saya merasa bahwa tidak sempurna itu wajar, bahwa kekurangan saya adalah keistimewaan saya, dan saya tidak perlu takut kesepian karena kamu akan selalu ada untuk saya. Untuk sekedar memberi senyuman, untuk sekedar berbagi canda tawa dan cerita, bahkan untuk sekedar membunuh sepi dengan saling mengolok-olok.

Terima kasih...
Untuk kamu yang takkan mungkin termiliki namun akan selalu ada disaat saya membutuhkan...disaat saya melemah, merapuh dan terabaikan.

Terima kasih...
Untuk Bapak, Ibu...yang selalu bisa memberi damai dengan kasih yang tulus...
Maaf yah Pak, Bu...

nopz @ 12:05 AM ♥




nopz


impulsive
complicated
sagitarius


whises

a happy life | a happy life | a happy life

chitchat

to add smilies,click the + sign.. ^_^


Free shoutbox @ ShoutMix





credits

Powered by Blogger Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com